Sabtu, 22 Oktober 2011

Bali kaya akan potensi kelautan dan perikanan.

Namun, potensi tersebut masih banyak yang belum tergarap secara maksimal, seperti lahan perikanan budi daya.

Selama kurun waktu 2007 hingga sekarang, luas lahan potensi perikanan budi daya di Bali yang belum tergarap mencapai kurang lebih 28.419 hektar. Apa langkah yang diambil? Berikut penelusuran BisnisBali. SECARA administratif, Bali memiliki 171 desa pesisir. Dari data 2007, penduduk Bali tercatat 3.480.300 jiwa dan 30,4 persen bertempat tinggal di wilayah pesisir.

Penduduk yang bermata pencarian sebagai nelayan tercatat 37.501 orang atau 1,09 persen, yang bermata pencarian sebagai pembudi daya ikan 24.606 orang atau 0,72 persen. Total tenaga kerja di bidang perikanan dan kelautan 176.884 orang.

Selama ini, Bali memiliki lahan potensial untuk budi daya yang belum dimanfaatkan kurang lebih mencapai 28.419 ha.

Kabid Tangkap dan Produksi Dinas Perikanan dan Kelautan Bali, AA Mahendra mengungkapkan, luas lahan potensial budi daya laut mencapai kurang lebih 1.551,75 ha dan baru dimanfaatkan untuk usaha budi daya laut 418,5 ha atau 26,96 persennya saja dengan jenis komoditi yang dikembangkan adalah rumput laut jenis eucheuma spinosium dan eucheuma catonii.

Saat ini sedang dirintis dan dikembangkan budi daya kerang mutiara di kawasan Bali Timur dan Utara. Budi daya kerapu telah mulai berkembang di kawasan Bali Barat, Bali Utara dan Bali Timur.

Lanjutnya, luas lahan potensial untuk usaha budi daya ikan di kolam mencapai kurang lebih 1.700,41 ha dan sawah kurang lebih 25.242,06 ha.

Luas lahan yang sudah dimanfaatkan untuk budi daya ikan di kolam 564,50 atau 33,19 persen saja dan untuk budi daya ikan di sawah seluas 271,0 ha atau 1,07 persen saja. Budi daya air payau luas lahan potensialnya mencapai 1,667 ha, namun hanya dimanfaatkan 488 ha atau 29,27 persen.

Pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya perikanan budi daya saat ini memang diakuinya masih belum optimal dan dihadapkan pada permasalahan antara lain naiknya harga pakan ikan, belum terkendalinya penyakit ikan, terbatasnya persedian benih ikan, udang dan rumput laut yang baik kualitas serta mutunya, rendahnya keterampilan pembudi daya ikan serta masalah krusial yang sering dihadapi petani budi daya yaitu permodalan.

Ditambahkan, untuk masalah benih serta permodalan, di Bali pada 2008 lalu, pemerintah memberikan bantuan berupa bansos Rp 3,85 milyar, subsidi benih Rp 1,4 milyar dan DPM yang diberikan oleh Pemprop Bali kepada petani budi daya Rp 2 milyar.

“Dengan bantuan tersebut, produksi serta produktivitas dapat meningkat. Jangan hanya baru diberi bantuan baru bersemangat, setelah itu redup kembali,” ujarnya.

Ditambahkan, dalam rangka pengelolaan pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan Bali secara optimal dan berkelanjutan yakni melalui revitalisasi perikanan akan diarahkan pada upaya peningkatan produksi dan produktivitas, daya saing dan mutu produk hasil perikanan dengan tetap menjaga kelestarian sumber daya alam dan lingkungan.

Dalam hal ini, revitalisasi tersebut difokuskan pada pengembangan komoditi utama seperti tuna, rumput laut dan udang. Namun tidak mengesampingkan komoditi lain yang juga memiliki nilai ekonomis penting seperti udang galah, gurame, nila, mas atau karper, lele dan kerapu. *dwi

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More