budidaya nila ala thailand

Sekilas Budidaya Nila ala Thailand

Pembudidaya ikan nila di Thailand menggunakan sistem kanal untuk menyaring air sungai sebelum masuk ke kolam budidaya 
Meski butir peluh mengalir deras karena teriknya sinar mentari, Sommit Sirithararat tetap bersemangat mengajak TROBOS menyusuri tepi kanal-kanal air yang berujung pada lokasi budidaya ikan nila milik perusahaannya. Setibanya, General Manager Thai Roongkij Farm (TRF) itu langsung merengkuh seember pakan lalu menebarkannya ke salah satu kolam dari ratusan kolam yang ada. Dalam hitungan detik, ribuan nila merah seukuran ibu jari bergerombol berebut pakan. ”Sungguh menggemaskan bukan?” kata Sommit sembari tersenyum.
Sommit mengaku, jenis nila merah lebih banyak dibudidaya ketimbang nila biasa yang berwarna hitam. Ungkapnya, biaya produksi (benih, pakan, tenaga, dan lainnya) nila merah sebesar 60 baht per kg (Rp 18 ribu per kg asumsi 1 baht = Rp 300), sedangkan nila biasa hanya 48 baht per kg (Rp 14.400 per kg).
Ia menjelaskan, meskipun nila merah lebih tinggi biaya produksinya, harga jualnya pun tinggi yaitu 80 baht per kg (Rp 24.000 per kg). Permintaan oleh hotel dan restoran di Thailand serta eksportir cukup tinggi. Sedangkan nila biasa per kg dijual seharga 55 baht (Rp 16.500 per kg) dan pasarnya adalah kalangan ekonomi menengah ke bawah.
Sommit mengatakan, kolam budidaya yang ada baru dimanfaatkan separuhnya saja sehingga hanya memproduksi 1.200 ton nila per tahun. ”Pada 2012, kami akan memanfaatkan seluruhnya, sehingga produksi per tahun menjadi 2 kali lipat,” tuturnya bangga. Kunjungan TROBOS ke TRF merupakan rangkaian acara Aquatic Asia 2011 Press Trip di Thailand yang diselenggarakan oleh N.C.C. Exhibition Organizer (NEO) akhir Agustus lalu.
TRF merupakan perusahaan peternakan milik grup Thai Roongkij yang didirikan sejak 1984 oleh Anudach Chieweharnvlijkij. Lokasi peternakan yang dekat dengan aliran Sungai Nakhon Chaisi di Provinsi Nakhon Pathom (56 km dari Kota Bangkok) jadi alasan utama TRF merambah ke budidaya nila, setelah sukses pada peternakan babi dan itik.
Dengan menggunakan suatu sistem yang disebut ”River in Pond System” (RIPS), TRF memanfaatkan Sungai Nakhon Chaisi sebagai penyuplai air ke kolam-kolam nila. Sommit menjelaskan, fungsi dari kanal-kanal air seluas 40 x 300 m2 yang kita lewati tadi adalah sebagai penyaring air sungai Ada beberapa level kanal, sehingga air yang digunakan di kolam-kolam itu kualitasnya benar-benar baik. ”Dengan RIPS, kandungan oksigen terlarut (dissolved oxygen) lebih banyak, air terus berganti, tidak ada limbah, investasi dan pengeluaran tidak tinggi, dan yang terpenting nila yang kami produksi lebih berkualitas,” paparnya lengkap.
Lanjut Sommit, air sungai yang telah melalui berbagai perlakuan di kanal-kanal air tersebut akan masuk ke kolam pembesaran dan penggemukan. Untuk kolam pembesaran, bibit nila dipilih model kolam tanah karena pengontrolan penyakit dan kualitas air lebih mudah, tingkat polusi rendah, dan pengontrolan pakan lebih baik.

Posted in: