Minggu, 04 Desember 2011

melirik bududaya bawal

Melirik Budidaya Bawal Pola Kemitraan

Pemodal tidak perlu repot terlibat proses budidaya, risiko gagal panen ditanggung pengelola

Berangkat dari kondisi keterbatasan modal usaha Ance Tri Marta mulai memutar otak mencari sumber pendanaan. Titik terang mulai terlihat setelah ia menyabet gelar Juara 1 Wira Usaha Muda Mandiri pada 2009. Ajang yang diselenggarakan oleh bank plat merah itu membawa berkah bagi perkembangan usaha budidaya ikan bawal yang dirintis Ance.
Pemuda usia 24 tahun itu mengaku, setelah mendapat penghargaan tersebut banyak calon investor yang menawarkan untuk menanam modal. Melihat peluang itu, pria asal Sumatera Barat itu pun mencetuskan program kemitraan usaha budidaya bawal dengan sistem inti plasma.
Berkat inisiatifnya itu, dalam waktu singkat Ance mampu menyulap Desa Cibuntu Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor menjadi sentra budidaya bawal. Pria lulusan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor itu mampu mendatangkan 20 investor yang ikut menyokong perkembangan usahanya. Ia juga berhasil membina 60 pembudidaya bawal di menjadi mitra usaha.
Paket Permodalan
Ance bercerita, sebelum ia mencetuskan program kemitraan, Ance hanya mengajak beberapa kenalnya untuk investasi kecil-kecilan mengandalkan kepercayaan. “Saya mulai berani menerapkan kemitraan setelah tahu ilmunya,” kata Ance kepada TROBOS belum lama ini di Bogor.
Nyanya respon para investor cukup puas dengan cara pengelolaan yang diterapkan Ance. Calon investor baru yang berminat investasi pun semakin banyak. Mulailah Ance serius menggarap sistem kemitraan.
Menurut Ance, yang dimaksud kemitraan yaitu ada investor yang menyediakan modal operasional budidaya. Sementara Ance bertindak sebagai pihak pengelola yang menyediakan lahan dan kolam budidaya, serta tenaga teknis lapangan.
Selain untuk kepentingan sendiri, ia juga menerapkan pola kemitraan bagi pembudidaya bawal lain di desanya. “Saya coba menjembatani hubungan saling membutuhkan antara  antara pemodal dengan pembudidaya,” ujar Ance. Ia menambahkan, pembudidaya modalnya cukup memiliki bisa juga menyewa lahan atau kolam budidaya.
Kepada calon investor, lanjut Ance, ia menawarkan 3 paket permodalan. Paket 1 untuk permodalan Rp 10 juta, paket 2 modal Rp 50 juta, dan paket 3 untuk modal di atas Rp 100 juta. “Calon investor bisa menyesuaikan dengan kemampuan modal masing-masing,” ungkap Ance.
Ia menjelaskan, dalam paket permodalan itu mencakup biaya operasional seperti benih, pakan, tenaga kerja, dan sewa kolam. Besaran modal pada masing-masing paket tersebut dibedakan berdasarkan jumlah benih yang ditebar. “Setiap awal usaha saya sodorkan kontrak kerjasama,” kata pria yang mendirikan Anperindo Farm pada 2007 itu.
Semua paket permodalan ditujukan untuk usaha pembesaran bawal. Masing-masing paket berlaku untuk satu periode atau siklus pembesaran sekitar 3 bulan. Sementara untuk usaha pembenihan bawal, Ance mengelola sendiri guna memenuhi kebutuhan usaha pembesaran tersebut.
Menurut Ance, melalui sistem ini para investor cukup dimanjakan. “Pemodal tidak perlu repot memikirkan proses budidaya. Mereka mereka cukup memantau dan menunggu perolehan keuntungan,” tutur Ance. Enaknya lagi, risiko gagal panen atau kematian ikan di tenngah proses budidaya di tanggung pihak pengelola dalam hal ini Ance.
Sistem bagi hasilnya pun cukup menggiurkan. Dari keuntungan bersih pemodal mendapat bagian 70% sementara sisanya dari untuk pembudidaya. Sementara jika Ance bermitra dengan pembudidaya lain, dari nilai 30% untuk pihak pembudidaya, Ance kebagian 15%. “Untuk pembudidaya mitra semua kebutuhan benih, pakan, obat-obatan dari saya. Intinya semua pihak mendapat keuntungan sesuai porsinya,” tegas Ance.
Melihat sistem itu, tidak heran jika semakin banyak investor yang berminat menanamkan modal. Menurut Ance, paket 2 (Rp 50 juta) yang paling banyak diminati. “Kebanyakan investor berasal dari perusahaan swasta dan individu. Rata-rata mereka mengetahui sistem ini dari mulut ke mulut atau referensi media,” ungkap Ance.
Budidaya Efisien
Terkait proses budidaya, Ance menjelaskan budidaya bawal yang dikelola secara kemitraan tergolong efisien. Pengelolaannya sama seperti budidaya bawal  pada umumnya. Waktu pembesaran yang dibutuhkan sekitar 3 bulan.
Luasan kolam pembesaran yang umumnya digunakan ukuran 10 x 5 m, cukup untuk menebar benih bawal 10 ribu sampai 15 ekor. Benih bawal ukuran panjang 1 cm dipelihara di kolam tanah, sedangkan benih ukuran 6 cm dibesarkan pada kolam air deras. Kepadatan tebar untuk benih 1 cm idealnya  300 ekor/m2, untuk benih 6 cm sekitar 100 ekor/m2.
Dengan jumlah benih sebanyak itu, biaya operasional satu siklus pembesaran antara Rp 8 juta sampai Rp 10 juta. Seperti biasa biaya yang paling besar yaitu pakan, sementara untuk biaya obat-obatan praktis tidak ada. “Saya hanya memberikan sedikit air garam saat ikan sakit,” ujar Ance.

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More