Ayo, Gemar Makan Ikan!
Dalam dunia ekonomi, selalu ada hukum permintaan dan penawaran barang. Apabila permintaan tinggi dan hanya mampu disupply dengan penawaran yang sedikit, maka harga barang akan melambung. Hal sebaliknya terjadi, permintaan yang rendah dengan supply yang tinggi akan menyebabkan turunnya harga di pasaran. Dunia perikanan pun juga akan bermuara kepada hukum ekonomi di atas. Jumlah permintaan akan daging ikan yang rendah di pasaran tentunya akan berdampak pada rendahnya harga ikan di pasar.
Melalui polling terbuka di blog ini selama satu bulan diketahui bahwa konsumsi ikan pembaca masih terlihat kurang. Dari 12 orang responden yang mengikuti polling, hanya sekitar 3 orang pembaca yang mengkonsumsi ikan lebih dari tujuh kali dalam seminggu. Ini berarti hanya sekitar 25 % dari jumlah keseluruhan peserta survey. Walaupun jajak pendapat ini tidak dapat dibuktikan kebenarannya secara ilmiah dan tidak bisa dijadikan bahan acuan secara faktual, akan tetapi bisa jadi ini gambaran umum para bagi pembaca sekalian.
Kalau kita jadikan hasil survey sebagai bahan acuan sementara tulisan ini, maka dapat diasumsikan bahwa permintaan masyarakat akan daging ikan masih rendah. Terbukti dari polling, dimana para pembaca yang melakukan jajak pendapat lebih banyak mengkonsumsi ikan kurang dari 3 kali dalam sepekan. Entah faktor apa yang mempengaruhi minimnya tingkat konsumsi ikan di masyarakat.
Faktor kebiasaan mungkin bisa jadi salah satunya. Masyarakat Indonesia yang umumnya tinggal di daratan pasti lebih familiar dengan daging hasil ternak, seperti: Ayam, Kambing dan Sapi. Sedangkan masyarakat kita yang tinggal di pesisir barangkali lebih sering mengkonsumsi daging ikan.
Ada juga beberapa orang teman saya yang mengatakan, 'ah, ribet makan ikan! abis banyak durinya sih!'. Memang betul, bentuk tubuh ikan yang kecil dan struktur otot yang lebih lembek memaksa ikan untuk memiliki banyak duri dalam dagingnya. Tapi ini tidak sepenuhnya benar, ikan - ikan yang memiliki banyak duri kecil biasanya adalah ikan jenis muara atau berjenis herbivora. Sedangkan untuk ikan laut sendiri, biasanya tidak memiliki duri yang keras dan besar karena struktur daging ikan laut seperti: Tuna dan Cakalang lebih kuat dan berotot.
Jenis variasi olahan dari daging ikan yang masih minim barangkali juga bisa jadi pemicu para ibu - ibu rumah tangga enggan untuk membeli ikan. Padahal, saat ini sudah banyak pabrik pengolahan daging ikan yang 'menyulap' daging ikan yang amis menjadi produk - produk makanan yang lezat. Daging ikan banyak diolah menjadi berbagai bentuk seperti: ikan kalengan, bakso ikan, nugget ikan, ikan fillet, dsb.
Jenis variasi olahan dari daging ikan yang masih minim barangkali juga bisa jadi pemicu para ibu - ibu rumah tangga enggan untuk membeli ikan. Padahal, saat ini sudah banyak pabrik pengolahan daging ikan yang 'menyulap' daging ikan yang amis menjadi produk - produk makanan yang lezat. Daging ikan banyak diolah menjadi berbagai bentuk seperti: ikan kalengan, bakso ikan, nugget ikan, ikan fillet, dsb.
Ada informasi yang bisa anda baca disini bila anda sukar makan ikan.
Kurangnya minat masyarakat dalam mengkonsumsi ikan mendorong terjadinya penurunan harga ikan di pasaran. Hal ini akan berakibat efek domino, dimana pada akhirnya adalah penurunan tingkat kesejahteraan nelayan dan meningkatnya akan kemiskinan. Bayangkan oleh anda, nelayan yang berangkat dari pagi hari atau bahkan berangkat malam hari dan menginap di lautan hanya untuk menangkap daging ikan. Sendirian di tengah lautan, hanya ditemani deburan ombak dan dinginnya angin malam. Kadangkala pula lautan tak bersahabat, ikan tak didapat hanya pulang dengan baju basah tersapu ombak. Ini sangat dilematis sekali, perjuangan nelayan mencari ikan yang bertaruh dengan nyawa kadang hanya dibayar murah di pasaran. Harga 1kg ikan mungkin hanya kurang dari Rp 3000,- itu pun belum dipotong untuk biaya operasional penangkapan.
Bagi nelayan - nelayan besar yang punya modal dengan kapal yang lebih canggih (belum tentu modern), biasanya mereka mengakalinya dengan menjual hasil tangkapan kepada para eksportir kelas besar pula. Sudah barang tentu harga jualnya masih bisa fluktuatif, tergantung ketersediaan stok ikan di pasar internasional.
Tujuan ekspor ikan kita biasanya ke Jepang, China, Eropa dan Amerika. Bukan hanya karena negara - negara tersebut tidak memiliki armada yang memadai, tetapi juga tingginya minat masyarakat disana untuk mengkonsumsi ikan. Sebagai contoh Jepang, negari sakura ini punya banyak nelayan dengan kelimpahan stok ikan yang sangat memadai. Namun itu semua tidak cukup, mereka masih memerlukan supply ikan dari negara kita. Dan saya yakin kita semua pasti tahu bahwa masyarakat Jepang sangat gemar makan ikan segar.
Kegemaran masyarakat akan konsumsi daging ikan tidak selalu harus menunggu seluruh masyarakat sadar pentingnya ikan. Mulailah dari diri sendiri untuk makan ikan, tidak harus dalam jumlah yang banyak tapi cukup. Bila satu keluarga di seluruh Indonesia ini membeli daging ikan seberat 1kg per hari, maka cukuplah sudah meningkatkan kesejahteraan para nelayan.
sumber gambar: Google
Kegemaran masyarakat akan konsumsi daging ikan tidak selalu harus menunggu seluruh masyarakat sadar pentingnya ikan. Mulailah dari diri sendiri untuk makan ikan, tidak harus dalam jumlah yang banyak tapi cukup. Bila satu keluarga di seluruh Indonesia ini membeli daging ikan seberat 1kg per hari, maka cukuplah sudah meningkatkan kesejahteraan para nelayan.
'Ayo ibu - ibu, segera ke pasar dan beli daging ikan!'
sumber gambar: Google
Posting Terkait
Artikel
Nelayan
0 komentar:
Posting Komentar